PENGELASAN DIBAWAH PERMUKAAN AIR
LAUT (UNDERWATER WELDING)
Teknologi pengelasan (welding) sering sekali
digunakan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada badan kapal, bangunan
lepas pantai serta konstruksi lainnya yang terendam air. Pada pelaksanaannya,
pengelasan di permukaan air masih merupakan prioritas utama sedangkan
pengelasan di bawah air adalah alternatif lain yang dipilih bilamana tidak
memungkinkan untuk dikerjakan di permukaan air. Ada beberapa keuntungan yang
didapat dari teknik pengelasan ini, diantaranya adalah biaya yang relatif lebih
murah dan persiapan yang dibutuhkan jauh lebih singkat dibanding dengan teknik
yang lain, namun ada hal-hal lain yang mesti dipertimbangkan sebelum
mengaplikasikannya. Selama masa operasinya, struktur lepas pantai akan
membutuhkan beberapa intervensi bawah air untuk perawatan, perbaikan atau perubahan,
seperti:
1. Penguatan untuk resertifikasi
struktur yang telah habis desain life-nya.
2. Perbaikan karena kesalahan desain.
3. Perbaikan karena kerusakan yang
disebabkan oleh:
1. Kesalahan pada saat instalasi,
2. Insiden, misalkan tertabrak kapal,
badai,
3. kejatuhan benda dari atas dek, dan
sebagainya,
4. keretakan pada sambungan karena
keadaan lingkungan (ombak, angin).
4. Penambahan struktur karena adanya
perubahan operasi (pemasangan riser
clamp, caisson, dan sebagainya).
clamp, caisson, dan sebagainya).
5. Pemasangan anode
Untuk intervensi dari jenis-jenis tersebut, terdapat
beberapa teknik umum yang digunakan seperti:
1. Grinding out cracks
2. Clamps
3. Grout filling
4. Pengelasan hyperbaric
5. Pengelasan bawah air
Terdapat beberapa pihak belum tertarik untuk
menerapkan teknik pengelasan di bawah permukaan air. Hal ini terbukti bahwa
hanya ada 50 kegiatan pengelasan bawah air untuk perbaikan struktur lepas
pantai yang dipublikasikan selama 40 tahun terakhir, itu juga dengan sedikit
informasi yang bersifat teknik. Pihak industri masih tertarik untuk memakai
pengelasan hyperbaric atau pemasangan clamp meskipun butuh
persiapan yang lebih rumit dan biaya yang lebih mahal.
1. Kendala pada Underwater Welding
Keengganan pihak industri untuk memakai teknik
pengelasan bawah air ini bisa dimengerti mengingat hal-hal berikut :
1. Class, baik DNV atau LR belum menerima
teknik ini untuk perbaikan yang sifatnya permanen. Terdapat weld defects
yang hampir selalu menyertai (porosity, lack of fusion, cracking) yang
memberatkan teknik pengelasan ini untuk tujuan-tujuan perbaikan permanen. Pada
perbaikan elemen yang dapat dikatakan kurang penting, class sudah bisa
menerimanya sebagai permanen bersyarat yaitu bisa dianggap sebagai permanen asal
dalam inspeksi mendatang tidak ditemukan penurunan yang signifikan dari
kualitas pengelasan.
2. Mengacu pada AWS D3.6:1999 yaitu Specification
for underwater welding, hasil terbaik yang bisa diperoleh dari teknik ini
adalah baru Class B. Hasil seperti ini hanya bisa diterima kalau tujuan
pengelasan hanya untuk aplikasi yang kurang penting/kritis dimana ductility
yang lebih rendah, porosity yang lebih banyak, discontinuities
yang relatif lebih banyak masih bisa diterima. Kalaupun pengelasan ini dipakai
biasanya hanya diaplikasikan untuk tujuan-tujuan yang sifatnya ‘fit for
purpose’ saja.
purpose’ saja.
3. Tingginya resiko hydrogen
cracking di area HAZ terutama untuk material yang mempunyai kadar karbon equivalent
lebih tinggi dari 0.4%. Terutama di Laut Utara, struktur lepas pantainya biasa
menggunakan material ini.
4. Berdasarkan pengalaman yang ada di
industri, teknik pengelasan ini hanya dilakukan sampai kedalam yang tidak lebih
dari 30 meter.
5. Kinerja proses shieldedmetal arc
(SMA) dari elektroda ferritic memburuk dengan bertambahnya kedalam.
Produsen elektroda komersial juga membatasai penggunaannya sampai kedalaman 100
meter saja.
6. Sifat hasil pengelasan juga memburuk
dengan bertambahnya kedalaman, teruatama ductility dan toughness
(charpy impact).
7. Karena kontak langsung dengan air,
maka air di sekitar area pengelasan menjadi mendidih dan terionisasi menjadi
gas oksigen dan hidrogen. Sebagian gas ini melebur ke area HAZ tapi sebagian
besar lainnya akan mengalir ke udara. Bila aliran ini tertahan, maka akan
terjadi resiko ledakan yang biasanya membahayakan penyelam.
1. Pemecahan Masalah dari Underwater
Welding
Meskipun ada beberapa kendala yang membuat pihak
industri yang enggan untuk memakai teknik pengelasan ini, sebenarnya terdapat
beberapa usaha perbaikan yang telah dilakukan, baik dalam teknik pengelasan
maupun mutu elektrodanya, yaitu
1. Hydrogen cracking dan hardness di area HAZ
bisa diminimalisasi atau dihindari dengan penerapan teknik multiple temper
bead (MTB). Konsep dari teknik ini adalah dengan mengontrol rasio panas (heat
input) diantara lapisan-lapisan bead pengelasan. Pengontrolan panas
ini, ukuran bead pada lapisan pengelasan pertama harus disesuaikan
sehingga penetrasi minimum ke material bisa didapat. Begitu juga untuk lapisan
yang kedua dan seterusnya. Terdapat tiga parameter yang mempengaruhi kualitas
pengelasan dalam penerapan MTB ini, yaitu jarak antara temper bead,
rentang waktu pengelasan, dan heat input.
2. Teknik buttering juga bisa
digunakan terutama untuk material dengan CE lebih dari 0.4%. Elektroda butter
yang digunakan bisa elektroda yang punya oxidizing agent atau elektroda
thermit.
3. Pemakain elektroda dengan oxidizing
agent. Agent ini akan menyerap kembali gas hidrogen atau oksigen yang
terserap di HAZ.
4. Pemakaian thermit elektroda juga bisa
digunakan. Elektroda jenis ini akan memproduksi panas yang tinggi dan pemberian
material las (weld metal) yang sedikit sehingga mengurangi kecepatan
pendinginan dari hasil pengelasan oleh suhu di sekitarnya sehingga terjadi
semacam proses post welding heat treatment.
5. Elektroda berbasis nikel bisa
menahan hidrogen untuk tidak berdifusi ke area HAZ. Sayangnya hardness
di area HAZ masih tinggi dan kualitas pengelasan hanya baik untuk kedalaman
sampai 10 meter.
1. Metode Pengelasan pada Pengelasan
Bawah Air
Metode perbaikan akan dibutuhkan seperti pengelasan
bawah air (underwater welding). Dua kategori utama pada teknik
pengelasan di dalam air adalah pengelasan basah (Wet Underwater welding)
dan pengelasan kering (Dry Underwater Welding).
1. Pengelasan Basah (Wet Underwater
Welding)
Dimana proses pengelasan ini berlangsung dalam keadaan
basah dalam arti bahwa elektrode maupun benda berhubungan langsung dengan air.
Applikasi pengelasan sampai kedalaman 150 m. Metode pengelasan memberikan hasil
yang kurang memuaskan, disamping memerlukan welder yang memiliki
keahlian menyelam yang tangguh dan memerlukan pakaian khusus untuk selam,
gelembung gas yang terjadi selama proses pengelasan akan sangat mengganggu
pengamatan welder tersebut. Adapun proses pengelasan yang dipakai SMAW,
FCAW dan MIG.
Shielded metal arc welding (SMAW)
adalah proses pengelasan dengan mencairkan material dasar yang menggunakan
panas dari listrik antara penutup metal (elektroda). SMAW merupakan pekerjaan
manual dengan peralatan meliputi power source, kabel elektroda, kabel
kerja (work cable), electrode holder, work clamp, dan elektroda.
Elektroda dan system kerja adalah bagian dari rangkaian listrik.
Flux cored arc welding (FCAW)
merupakan las busur listrik fluk inti tengah / pelindung inti tengah. FCAW
merupakan kombinasi antara proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan
yaitu dengan menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau
melalui trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las
listrik yang memasok filler elektroda secara mekanis terus ke dalam
busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal
induk.
Metal inert gas (MIG) adalah juga las busur listrik dimana panas yang ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena adanya arus listrik. Pengelasan MIG secara luas digunakan setiap kali dibutuhkan peleburan/penyatuan logam dengan kecepatan tinggi dan sedang.
1. (b)
(c)
Gambar (a) cara kerja shielded metal arc welding, (b)
cara kerja
flux cored arc welding (c) cara
flux cored arc welding (c) cara
kerja metal inert gas
1. Pengelasan Kering (Dry Underwater
Welding)
Metode pengelasan ini tidak berbeda dengan pengelasan
pada udara terbuka. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan suatu peralatan yang
bertekanan tinggi yang biasa disebut dengan Dry Hyperbaric Weld Chamber,
dimana alat ini secara otomatis didesain kedap air seperti layak desain kapal
selam. Applikasi pengelasan sampai kedalaman 150 m kebawah. Seorang welder
/diver sebelum menjalankan tugas ini tidak boleh langsung terjun pada
kedalaman yang dituju, tetapi harus menyesuaikan terlebih dahulu step by step
tekanan yang terjadi pada kedalaman tertentu sampai dapat menyesuaikan tekanan
yang terjadi pada kedalaman yang dituju, otomatis untuk pengelasan 1 joint bisa
memakan waktu yang cukup lama.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment