Monday, February 9, 2015

Analisis transaksional



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah

Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.
  1. Rumusan Masalah
  2. Nama pendekatan dan Tokoh
  3. Konsep dasar
  4. Asumsi tingkah laku bermasalah
  5. Tujuan konseling
  6. Karakteristik
  7. Peran dan fungsi konselor
  8. Hubungan konselor dengan klien
  9. Tahap-tahap konseling
  10. Teknik-teknik konseling

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Nama Pendekatan dan Tokoh

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

B.     Konsep Dasar
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
-          Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).
-          Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
-          Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.
Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
a.       I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b.      I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
c.       I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.
            Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d.      I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.
Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.
            Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.

C.      ASUMSI PERILAKU BERMASALAH

Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.



D.     Tujuan
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
-          Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
-          Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
-          Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.

  E. Karakteristik Konseling Analisis Transaksional
Dewa Ketut Sukardi (dalam Subandi, 2001: 74) menyebutkan adanya empat posisi dasar yang menentukan kehidupan seseorang diantaranya:
a.         Posisi dasar pertama secara umum untuk menunjukkan bahwa pada diri seseorang itu merasakan bahwa ia lebih rendah daripada orang lain yaitu I’m Not Ok-You’re Ok.
Pada posisi ini orang menganggap bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mengemban tugas dan orang lainlah yang lebih mampu daripada dirinya. Dalam penelitian ini siswa merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi permasalahannya.
b.        Posisi dasar kedua yang merupakan keadaan yang lebih parah dan sangat berbahaya daripada posisi pertama, dan dipilih sebagai posisi psikologis yaitu I’m Not Ok-You’re Not Ok.
Orang yang berada pada posisi ini menganggap dirinya dan orang lain tidak mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya sehingga ia tidak bergairah dan tidak berdaya untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam penelitian ini siswa yang mengalami tingkah laku malas belajar menganggap dirinya dan orang lain tidak mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu dalam posisi ini siswa harus menyadari bahwa dirinya sebenarnya memiliki potensi dan kemampuan untuk mengatasi permasalahnnya sendiri walaupun akhirnya harus dibantu oleh guru.
c.         Posisi dasar ketiga ini menunjukkan adanya kecenderungan pada diri seseorang untuk menuntut orang lain, menyalahkan orang lain, mengkambinghitamkan orang lain dan menuduh orang lain yaitu I’m Ok-You’re Not Ok.
Pada posisi ini orang cenderung mengkambinghitamkan orang lain untuk menutupi kelemahannya. Dalam kaitannya dengan pengubahan perilaku malas belajar. Siswa cenderung menyalahkan gurunya karena guru misalnya kurang terampil dalam mengajar, guru kurang memperhatikan siswanya maupun orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajar yang dilaksanakannya di rumah.
d.        Posisi dasar keempat adalah posisi hidup yang sehat dan menunjukkan adanya suatu balance pada diri seseorang dan bersifat konstruktif, yaitu I’m Ok-You’re Ok.
Pada posisi ini orang menyadari bahwa dirinya memiliki potensi dan kemampuan untuk menghadapi permasalahan yang dialaminya, serta orang lain dipandang mampu membantu menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Dengan demikian layanan konseling analisis transaksional dapat mengatasi perilaku malas belajar dengan menerima semua bantuan yang diberikan oleh guru dalam rangka mengubah perilaku malas belajar.

F. Fungsi dan Peran Terapis

Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Terapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi, sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi. Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.


G. Hubungan Konselor Dengan Klien

Pelaksanaan terapi AT beradasarkan kontrak, kontrak tersebut menjelaskan keinginan klien untuk berubah, di dalam kontrak berisi kesepakatan-kesepakatan yang spesifik, jelas, dan ringkas. Kontrak menyatakan apa yang dilakukan oleh klien, bagaimana klien melangkah ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya dan kapan kontrak tersebut akan berakhir. Kontrak dapat diperpanjang, konselor akan mendukung dan bekerja sesuai kontrak yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pentingnya keberadaan kontrak, karena umumnya dalam terapi, klien seringkali keluar dari kesepakatan awal. Menyimpang, cenderung memunculkan masalah-masalah baru, bersikap pasif, dan dependen akibatnya proses penyembuhan membutuhkan tambahan waktu. Dengan adanya kontrak maka kewajiban tanggungjawab bagi klien semakin jelas, membuat usaha klien untuk tidak keluar pada kesepakatan dan komitmen untuk penyembuhan tetap menjadi perhatian, maka klien menjadi fokus pada tujuan-tujuan sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat.

Maksud dari kontrak lebih spesifik, yaitu menyepakati cara-cara yang sesungguhnya digunakan dalam terapi yang disesuikan dengan kebutuhan klien dengan memperhatikan apakah untuk individu atau kelompok.
Contoh dalam kontrak, misalnya klien membutuhkan hubungan yang harmonis dan bermakna dengan orang lain, kemudian dia berkata, “Saya merasa kesepian dan saya ingin lebih memiliki hubungan yang harmonis dengan para kerabat”. Maka, kontrak yang dibuat harus mencakup latihan yang spesifik dengan mengerjakan tugas oleh kliean agar dia memiliki kepercayaan diri untuk berhubungan secara harmonis dan bermakna. Bagaimana dengan klien yang bingung menentukan apa yang menjadi keinginannya? Selanjutnya untuk membuat kontrak pun akan sulit, Corey (1988) memberikan solusi, bagi mereka yang seperti itu disarankan untuk memulai dan menetapkan kontrak jangka pendek atau kontrak yang lebih mudah dengan berkonsultasi tidak terlalu lama diyakini kontrak akan bisa ditetapkan. Perlu dipahami bahwa kontrak buka tujuan, melainkan sebagai alat untuk membantu klien untuk dapat menerima tanggunjawab agar lebih aktif dan otonom.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor ketika membangun hubungan dengan klien; Pertama, tidak ada kesenjangan pemahaman antara klien dan konselor yang tidak dapat jembatani. Kedua, klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam terapi, artinya klien memiliki hak untuk menyimpan atau tidak mengungkapkan sesuatu yang dianggap rahasia. Ketiga, kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.


   H. Tahap-tahap & Teknik Konseling Analisis Transaksional
             Ada beberapa tahapan konseling di antaranya:
a.       Pada bagian pertama dilakukan attending (pendahuluan) untuk menentukan kontrak dengan klienm baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
b.      Pada bagian kedua baru mengajarkan klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama klien.
c.       Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis.
d.      Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling.  
Teknik yang digunakan dalam analisis transaksional diantaranya:
a.       Analisis struktur
Analisis ini maksudnya adalah analisis tehadap status ego yang menjadi dasar stuktur kepribadian klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain.
b.      Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.
c.       Analisis mainan
Merupakan analisis hubungan transaksi yang terselubung antara klien dengan konselor atau dengan lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak ke arah resiko yang tingkahnya lebih rendah.
d.      Analisis skript
Analisis skript merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien.

  1. Kelebihan dan Kelemahan Analisis Transaksional
           Kelebihan terapi Analisis Transaksional, yaitu:
a.       Punya pandangan optimis dan realistis tentang manusia.
b.      Penekanan waktu di sini dan sekarang (here and now).
c.       Mudah diobservasi.
d.      Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Kelemahan terapi Analisis Transaksional, yaitu:
a.       Kurang efisien terhadap kontrak treatment karena banyak klien yang beranggapan jelek terhadap dirinya dan tidak realistis sehingga sulit tercapai kontrak karena klien tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang ia inginkan.
b.      Subyektif dalam menafsirkan status ego.







No comments:

Post a Comment