I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian
erat kaitannya dengan alat dan mesin pertanian. Dengan alat dan mesin pertanain
yang semakin modern, maka produktifitas dibidang pertanian semakin tinggi.
Tingginya produktifitas akibat dari menggunakan alat-mesin pertanian terkadang
menciptakan biaya produksi yang sangat tinggi dan terkadang tidak sesuai dengan
biaya produksi yang seharusnya. Oleh karena itu alat-mesin pertanian tidak
selalu efektif dalam kegiatan pertanian.
Padi
(bahasa latin: Oryza sativa L. ) adalah salah satu makanan pokok orang Indonesia
dan beberapa negara di dunia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan
sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Indonesia
adalah negara penghasil beras nomor satu di dunia dan juga sebagai konsumen
beras terbesar didunia, yakni 98 persen per orang pertahun. Tingginya konsumsi
beras di Indonesia mengakibatkan permintaan beras menjadi sangat tinggi,
sehingga perlu digunakan mesin-mesin pertanian untuk meningkatkan produksi
beras di Indonesia.
Untuk
merubah padi menjadi beras, dilakukan proses penggilingan dengan menggunakan
alat atau mesin penggiling padi. Alat yang digunakan biasanya masih peralatan tradisional
berupa alu yang produktifitasnya rendah dan masih menggunakan tenaga manusia.
Penggunaan mesin penggiling padi akan menghasilkan produktifitas yang jauh
lebih tinggi dari pada penggunaan peralatan tradisional, tetapi harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar juga untuk mengoprasikannya. Oleh karena
itu perlu dilakukan analisis kelayakan penggilingan padi untuk mengetahui layak
tidaknya menggunakan mesin penggiling padi untuk penggilingan padi.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui
layak atau tidaknya menggunakan mesin penggiling padi.
b. Mengetahui
cara menghitung biaya tetap dan biaya tidak tetap.
c. Mengetahui
biaya pokok penggilingan padi dengan mesin penggiling padi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa didapat
dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dapat
menghitung biaya pokok alat-mesin pertanian.
b. Dapat
mempertimbangkan penggunaan alat atau mesin pertanian.
c. Dapat
membantu mahasiswa yang membutuhkan makalah mengenai mesin penggiling padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum mutu beras dapat dikelompokkan ke dalam 4
kategori, yaitu mutu giling, mutu rasa dan mutu tunak, mutu gizi, dan standar
spesifik untuk penampakan dan kemurnian biji (misalnya besar, bentuk dan
kebeningan beras).
Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses
penggilingan diperoleh beras kepala yang banyak dengan beras patah minimal.
Mutu giling ini juga ditentukan dengan banyaknya beras putih atau rendemen yang
dihasilkan. Mutu giling ini sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis dari
beras. Salah satu kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras pecah
sewaktu digiling. Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun (Allidawati dan
Kustianto, 1989).
Saat ini telah dibuat RSNI mengenai mutu beras giling yang dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Mutu beras: RSNI 01-6128-200x
No
|
Komponen Mutu
|
Satuan
|
Mutu
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|||
1
|
Derajat Sosoh (min)
|
%
|
100
|
100
|
95
|
95
|
95
|
2
|
Kadar Air (max)
|
%
|
14
|
14
|
14
|
14
|
14
|
3
|
Butir Kepala (min)
|
%
|
95
|
85
|
78
|
73
|
60
|
4
|
Butir Patah Total (max)
|
%
|
5
|
10
|
20
|
25
|
35
|
5
|
Butir Menir (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
2
|
5
|
6
|
Butir Merah (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
2
|
3
|
7
|
Butir Kuning/Rusak (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
3
|
5
|
8
|
Butir Mengapur (max)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
3
|
5
|
9
|
Benda Asing (max)
|
%
|
0
|
0.02
|
0.02
|
0.05
|
0.20
|
10
|
Butir Gabah (max)
|
Butir/
100g
|
0
|
1
|
1
|
2
|
3
|
Penggilingan beras berfungsi untuk menghilangkan sekam dari
bijinya dan lapisan aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras
yang putih serta beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya
dengan menggunakan alat pecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke
dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras.
Selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi
butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang
lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988).
Beras merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau
dengan kata lain setengah dari intake kalori masyarakat Indonesia bersumber
dari beras (Harianto, 2001).
Menurut Nugraha et
al.(1998), nilai rendemen beras giling dipengaruhi oleh banyak faktor yang
terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah faktor yang mempengaruhi
rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah sebagai bahan baku dalam
proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik budidaya, cekamaman
lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok kedua merupakan faktor penentu
rendemen yang terlibat dalam proses konversi gabah menjadi beras, yaitu teknik
penggilingan dan alat penggilingan. Kelompok ketiga menunjukkan kualitas beras
terutama derajat sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh
maka rendemen akan semakin rendah.
Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan
dalam nilai derajat sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan.
Umumnya semakin tinggi derajat sosoh, persentase beras patah menjadi semakin
meningkat pula. Ukuran butir
beras hasil giling dibedakan atas beras kepala, beras patah, dan menir (Anonim,
1983). Berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bulog, beras kepala
merupakan beras yang memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh.
Beras patah memiliki ukuran butiran 2/10 bagian sampai 6/10 bagian beras utuh.
Menir memiliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati
lubang ayakan 2.0 mm (Waries, 2006).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Adapun
hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Parameter
|
Nilai
|
Satuan
|
Harga
Awal
|
Rp5.500.000,00
|
|
Harga
Akhir
|
Rp550.000,00
|
|
Daya
|
3
|
HP
|
Jumlah
Jam Kerja
|
840
|
Jam
|
Umur
Ekonomis
|
5
|
Tahun
|
Tingkat
Suku Bunga
|
12%
|
/Tahun
|
Pajak
|
2%
|
/Tahun
|
Garasi
|
1%
|
/Tahun
|
Upah
Operator
|
Rp3.500,00
|
/Jam
|
Fc
|
0,11
|
l/HP/Jam
|
Fp
|
Rp4.500,00
|
/Liter
|
Oc
|
0,0054
|
l/HP/Jam
|
Op
|
Rp25.000,00
|
/Liter
|
S
|
10%
|
|
K
|
180
|
Kg/Jam
|
X
|
2
|
|
Y
|
15
|
|
A/P,12%,5
|
0,2638
|
|
A/F.12%,5
|
0,157409732
|
|
F/P,12%,0
|
1,1
|
|
V1
|
Rp3.300.000,00
|
|
V0
|
Rp5.500.000,00
|
|
3.2 Perhitungan
Dua
komponen biaya yang di hitung dalam analisis baya penggilingan padi adalah
biaya tetap dan biaya tidak tetap.Hasil dari aplikasi rumus untuk menghitung
dua komponen biaya tersebut dapat dilihat pada uraian dibawah ini.
A. Biaya
Tetap
a.
Biaya Penyusutan
Biaya
penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus yang memperhitungkan bunga
modal.
Rp.
990.000,00/tahun
b.
Biaya Bunga Modal dan Asuransi
Rp. 396.000,00 /tahun
c.
Pajak
Rp.
110.000,00 /tahun
d. Biaya
Bangunan/Garasi
Rp.
55.000,00 /tahun
Jumlah
biaya tetap Rp. 1.551.000,00/tahun
B.
Biaya Tidak Tetap
a.
Biaya Bahan Bakar
Rp.
1.386.000,00
b. Biaya
Pelumas
Rp.
340.200,00 /tahun
c. Biaya
Grease
Rp.
15.000,00 /tahun
d. Biaya
Perbaikan dan Pemeliharaan
Rp.
831.600,00 /tahun
e. Biaya
Suku Cadang
Rp.
990.000,00 /tahun
f. Biaya
Operator
Rp.
2.940.000,00 /tahun
Jumlah
Biaya Tidak Tetap Rp. 6.502.800,00/tahun
Biaya
Total Rp. 8.053.800,00/tahun
Biaya
Pokok Rp. 53,27/kg
DAFTAR PUSTAKA
Allidawati
dan B.Kustianto. 1989. Metode uji mutu beras dalam program pemuliaan padi. Bogor: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Anonim. 1983.
Studi Konservasi dan Susut Gabah ke Beras Tingkat Nasional. Biro Pusat Statistik, Departemen
Pertanian, Badan Urusan Logistik, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB. Bogor.
BPS. 1996. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Damardjati,
D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Bogor: Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Harianto.
2001. Pendapatan, harga, dan konsumsi beras. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat.
Nugraha,
U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. 1998. Tinjauan tentang rendemen beras giling dan susut pascapanen:
1. Masalah sekitar rendemen beras
giling, susut dan pemecahannya. Sukamandi: Balai Penelitian Tanaman Padi.
Waries, A.
2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Tipe : 6N-80D
Dimensi :
(850 x 500 x 94) mm
Kapasitas : 180
kg/jam
Daya : 3
Hp
N :
1600 rpm
Massa : 75
kg
Harga :
Rp. 5.500.000
Nama : Lumpang Alu
Dimensi : -
Massa : -
Kapasitas : -
Harga :
Rp. 100.000
Padi Siap Panen
Beras (padi yang sudah melalui
proses penggilingan)
Foto seorang sedang menggiling padi
No comments:
Post a Comment